Sebagai masyarakat Indonesia, kita sering mendengar bahwa negeri kita memiliki kekayaan alam yang sangat beragam. Kekayaan alam Indonesia tidak hanya berhenti di daratan saja, melainkan juga tersebar di wilayah lautan yang luas.
Terumbu karang merupakan salah satu contoh yang dapat membuktikan keanekaragaman laut Indonesia. Akan tetapi, tidak banyak yang memiliki minat dalam mengenal terumbu karang lebih jauh karena merasa asing dengan ekosistem laut.
Padahal, ekosistem terumbu karang secara tidak langsung berhubungan dengan kehidupan kita. Banyak ikan dan binatang lain di laut yang bergantung kepada terumbu karang sebagai habitatnya.
Ikan-ikan tersebut merupakan makanan hewan yang lebih besar, bahkan juga menjadi makanan keseharian kita serta makhluk darat lainnya. Selain itu juga, masih banyak penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai nelayan yang bergantung terhadap ikan-ikan tersebut.
Jika terumbu karang hilang, maka siklus kehidupan di bumi akan terdampak secara parah. United Nations memperkirakan bahwa pada tahun 2050, 90% dari populasi terumbu karang di dunia akan punah.
Hal ini tentunya penting untuk kita cegah. Karena itu, status dan perkembangan terumbu karang di Indonesia penting untuk dipelajari agar dapat menanggulangi kerusakan terumbu karang di masa depan.
Terumbu karang Indonesia terletak persis di daerah coral triangle, menjadikannya salah satu ekosistem yang paling beragam di seluruh dunia (baca lebih lanjut mengenai coral triangle di sini).
Faktanya, 69% spesies dan 76% genus terumbu karang di dunia terdapat di Indonesia. Indonesia juga memiliki berbagai spesies terumbu karang endemik seperti Acropora suharsonoi, Indophyllia macassarensis, Acropora desalwii, dan Isopora togianensis. Terumbu karang di Indonesia juga tersebar dari Barat hingga Timur Indonesia.
Status terumbu karang di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi kategori poor, fair, good, dan excellent. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dari 1.153 terumbu karang di Indonesia, sebanyak 33,8% termasuk ke dalam kategori poor dan 37,4% masuk kategori fair.
Kedua kategori ini, terumbu karang yang mengalami kerusakan seringkali kesusahan dalam proses pemulihan. Selain itu, terumbu karang yang masuk di kategori excellent hanya terdiri dari 6.42%, sedangkan dalam kategori good 22,4%.
Faktor-faktor yang berdampak besar terhadap pertumbuhan hidup di Indonesia adalah coral bleaching, eksploitasi dalam aktivitas industri perikanan, serta berbagai aktivitas manusia. Hal-hal ini penting untuk diketahui agar kita dapat memikirkan langkah selanjutnya dalam melindungi terumbu karang Indonesia.
Melindungi terumbu karang dari dampak negatif aktivitas manusia bukanlah hal yang mudah, tetapi hal itu juga tidak mustahil.
Berawal dari minat, pengetahuan yang didapatkan anak muda dapat menjadi kunci untuk mempertahankan kekayaan alam laut Indonesia di masa depan. Karena itu, mari kita terus mengedukasi diri kita tentang lingkungan di sekitar kita, baik di daratan maupun di laut.
Dukunganmu terhadap konservasi ekosistem laut sangat dibutuhkan. Kamu bisa membantu kelestarian laut dengan menanam terumbu karang.
Let’s adopt a baby coral with us to save the ocean!
Corals are our future.
Referensi:
Hadi, T. A., Abrar, M., G., Prayudha, B., Johan, O., Budiyanto, A., Ozumalek, A. R., Alifatri, L. O., Sulha, S., S. (2020). Status of Indonesian Coral Reefs 2019. Research Center for Oceanography.
Suharsono (2020). Status Terumbu Karang Terkini dan Ekosistem Terkait [public lecture]. https://www.coraltriangleinitiative.org/sites/default/files/resources/Public%20Lecture%20on%20Health%20Index%20of%20Corals%20of%20Indonesia.pdf
United Nations Environment Programme (2021). Why Protecting Coral Reef Matters. Disunting dari https://www.unep.org/explore-topics/oceans-seas/what-we-do/protecting-coral-reefs/why-protecting-coral-reefs-matters