Jakarta, 28 April 2017
Bukan rahasia lagi apabila Indonesia memiliki keragaman hayati laut yang tinggi (71% spesies karang keras ada di Indonesia). Namun, tutupan terumbu karang yang rusak (39,9%) lebih banyak daripada yang dalam kondisi yang sangat baik (5.56%) tercatat pada tahun 2011 oleh COREMAP.
Kawasan Perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu seluas 107.489. ha pun tidak luput dari permasalahan serupa. Oleh sebab itu Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) terus berkomitmen dengan melakukan penambahan struktur untuk rehabilitasi terumbu karang di Wilayah II pada tanggal 25 April 2017, tepatnya di Pulau Sepa, bekerja sama dengan Biorock® Indonesia dan Yayasan Terumbu Rupa.
“Sejak tahun 2016 kegiatan ini telah direncanakan dan masuk dalam anggaran TNLKS”, ungkap Mufti Ginanjar, S.Pi, MT,M.Sc Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Harapan.
“Selama satu tahun ini kami berkoordinasi dengan Biorock® Indonesia dan Yayasan Terumbu Rupa untuk mempersiapkan kegiatan rehabilitasi ini”, seperti disampaikan oleh Penanggung Jawab Kegiatan Muhammad Mukmin, S.Hut, PEH Pertama.
Rehabilitasi terumbu karang memiliki beberapa metode, dan kali ini dilakukan rehabilitasi dengan metode Biorock® karena telah terbukti mempercepat pertumbuhan karang dan berhasil memulihkan terumbu karang dalam waktu 10-15 tahun seperti di Desa Pemuteran, Bali.
Struktur Terumbu Karang buatan dengan Metode Biorock ini adalah melibatkan rancangan seni dari Teguh Ostenrik, pendiri Yayasan Terumbu Rupa dan rancangan sistem teknologi oleh Biorock® Indonesia.
Struktur Berbentuk Piramida terbelah dua ini bernama Domus Piramidis Antennarius yang merupakan struktur Biorock terbesar hingga saat ini di Kepulauan Seribu
Berbeda dengan metode lainnya, metode Biorock® adalah metode aktif pemulihan terumbu karang karena menggabungkan teknologi dan keterlibatan masyarakat.
Biorock® menggunakan listrik bertegangan rendah untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan karang, serta melibatkan penyelam untuk melakukan perawatan karang dan memastikan sistem Biorock® tetap berfungsi dengan baik.
Komang Astika, Ramadian Bachtiar, dan Beginer Subhan adalah anggota tim ahli Biorock® Indonesia yang bertanggung jawab untuk melatih para penyelam dari TNKpS dan Guerilla Dive dari Pulau Sepa, agar dapat memasang, merawat karang, dan memastikan sistem Biorock® berfungsi dengan baik.
Metode Biorock sebenarnya telah diterapkan beberapa kali di wilayah TNKpS. Pertama kali metode ini diujicoba tahun 2004 oleh tim Beginer Subhan di Pulau Pramuka, Ramadian Bachtiar, dkk di Pulau Pramuka yang saat itu masih menjadi Mahasiswa Ilmu Kelautan IPB. Tiga tahun terakhir ini dipasang terumbu karang Biorock® di Pulau Sepa dan Pulau Kotok.
Pemasangan Terumbu Karang Biorock® ini hanyalah langkah awal dari proses panjang upaya Rehabilitasi terumbu karang. Proses Rehabilitasi ada tiga tahap dalam Biorock®.
Tahap pertama adalah Survey, Instalasi, dan Pelatihan yang tercapai dengan pemasangan Struktur baru di Pulau Sepa tersebut.
Tahap selanjutnya adalah Perawatan dan Perbaikan yakni menjaga karang tetap hidup dan sehat misalnya dari sponge dan algae kompetitor serta predator kerang Drupella, serta bintang laut Acanthaster plancii.
Sistem Biorock® juga perlu diperiksa dan dirawat berkala untuk memastikan tetap bekerja dengan baik. Tahap terakhir adalah penyerahan kepada masyarakat atau pihak yang mengelola Biorock® agar upaya rehabilitasi dan konservasi terus lestari.
Taman Nasional Kepulauan Seribu terus berkomitmen untuk merehabilitasi terumbu karang di wilayah perairannya. Semoga upaya ini terus mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama untuk mendukung proses rehabilitasi seutuhnya.
Apabila semakin banyak Taman Nasional dengan wilayah laut menunjukkan komitmennya dalam pemulihan terumbu karang, maka harapan untuk memulihkan terumbu karang di seluruh wilayah Indonesia tentu dapat dicapai secara bersama-sama.