Salah satu kewajiban mahasiswa semester akhir di kampus saya sebelum mengerjakan skripsi adalah melaksanakan magang, termasuk bagi saya mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang menempuh semester delapan. Durasi magang ditentukan oleh kebijakan masing-masing jurusan, kebijakan jurusan saya minimal pelaksanaan magang adalah dua bulan, waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. Di jurusan Ilmu Komunikasi, mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih tempat magang, dengan regulasi tidak boleh ada lebih dari dua orang yang melaksanakan magang di tempat, instansi, atau perusahaan yang sama. Regulasi ini tentu membuat mahasiswa harus sekreatif mungkin mencari tempat magang yang ingin dituju, tidak sedikit pengajuan tempat yang ditolak oleh dosen karena kebetulan tersebut sudah lebih dulu ditempati oleh mahasiswa yang lain. Bila mahasiswa tersebut tetap ingin magang di tempat yang sama, ia harus menunggu hingga rekannya yang lebih dulu menempati magang periode pertama menyelesaikan tugas magangnya.
Pemilihan tempat magang juga harus linier dengan konsentrasi yang diambil, di Unesa sendiri ada tiga konsentrasi dalam jurusan Ilmu Komunikasi, meliputi Marketing Communication, Communication Development, dan Media. Tiga cluster konsentrasi inilah yang menyebabkan opsi pilihan tempat magang dapat tersebar di mana-mana, Surabaya tentu menjadi tempat favorit untuk melaksanakan magang. Hal ini dikarenakan secara geografis Surabaya dekat dengan lokasi kampus yang juga dekat dengan rumah atau kost tempat tinggal sebelumnya, sehingga mahasiswa tersebut tidak perlu keluar kota, disusul Sidoarjo, Gresik atau kota-kota lain di Jawa Timur. Selain harus linier dengan konsentrasi yang dipelajari, pemilihan tempat magang biasanya juga disesuaikan dengan minat atau interest mahasiswa, ada yang memilih di Instansi Pemerintahan, Perusahaan, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Keputusan yang saya ambil dapat dibilang sedikit berbeda dengan teman-teman lainnya, sebagai anak Ilmu Komunikasi dan juga anak mapala, saya lebih banyak tertarik pada dunia petualangan atau konservasi, hal ini mempengaruhi dalam pemilihan tempat magang. Biorock Indonesia menjadi tempat yang saya tuju, karena berkaitan dengan ketertarikan saya akan dunia konservasi terutama terumbu karang. Saya mulai mencari informasi apakah Biorock Indonesia menerima mahasiswa magang dan bagaimana prosedur pengajuan permohonan magangnya dengan mengirim e-mail kepada Biorock Indonesia. Email saya berbalas, sederhana, saya diminta mengirimkan proposal, CV, dan Motivation Letter, untuk dipertimbangkan sebelum mewawancara online. Berbekal informasi inilah saya mengajukan proposal permohonan izin magang ke jurusan. Pada mulanya, kata Biorock Indonesia terdengar asing bagi teman-teman dan dosen, hal ini tentu membuat saya diinterogasi lebih lama dari teman lainnya ketika mengajukan proposal permohanan izin magang. Namun toh akhirnya, proposal izin magang saya dikabulkan juga.
Gayung bersambut, setelah saya mengirimkan proposal, CV, Motivation Letter, dan melakukan wawancara, saya mendapat kabar bahwa saya diterima untuk magang di Biorock Indonesia selama dua bulan terhitung mulai bulan Maret hingga Mei. Saya ditempatkan di bagian Komunikasi, hal ini menyenangkan karena Biorock Indonesia termasuk salah satu LSM yang memiliki kemampuan komunikasi massa yang baik, terkonsep dan konsisten. Namun, terjadi kendala sehingga jadwal dimulainya magang saya terpaksa diundur. Setelah mengkonsultasikan ulang tanggal dimulainya magang, dan mendapat persetujuan dari pihak perwakilan Biorock Indonesia, segera saya mengemas pakaian dan barang yang dibutuhkan untuk pergi ke Bali, tempat kantor Biorock Indonesia berada. Meskipun harus meninggalkan Surabaya, hal ini tidak menjadi masalah bagi saya, justru dengan senang hati saya menyambut tempat dan teman baru yang akan saya temui.
Hari pertama magang, saya disambut oleh Mbak Lia selaku communication officer Biorock Indonesia dan juga yang bertugas sebagai pembimbing saya selama magang. Dengan sedikit kikuk saya berkenalan dengan Bli Dewa, Bli Nyoman, Mas Oka dan Mbak Tasya tentunya. Beruntungnya, saya dapat dengan cepat beradaptasi dengan suasana dan kondisi yang ada. Maklum, magang di Biorock Indonesia adalah pengalaman kerja pertama yang saya lakukan di dalam kantor. Sempat merasa cukup stress pada awalnya karena saya belum cukup terbiasa berada di dalam ruangan untuk jangka waktu yang lama, tapi suasana kantor dan pekerjaan yang ada mampu mereduksi perasaan negatif tersebut.
Biorock Indonesia memberi banyak ilmu dan pengalaman baru, tentang bagaimana membuat konten secara professional dan terkonsep, mulai dari strategi kampanye, segmentasi, serta waktu pelaksanaan. Saya juga mempelajari mengenai pengelolaan website. Di bawah bimbingan Mbak Tasya yang sangat teliti dan perfeksionis, juga Mbak Lia, setidaknya hingga hari ketiga saya baru dapat menyesuaikan tone warna khas Biorock dalam proses editing yang saya lakukan.
Satu minggu pertama setelah magang dimulai, pandemi Covid19 membuat banyak aktivitas menjadi lumpuh atau dirumahkan, termasuk Biorock Indonesia yang menerapkan kebijakan Work From Home. Alhasil, dengan terpaksa saya harus pulang ke Banyuwangi meskipun baru seminggu di Bali. Kendati demikian, ritme kerja di Biorock Indonesia tidak berubah, meeting tetap diadakan seminggu sekali, bahkan meningkat menjadi 3 kali seminggu menjelang launching Biorock Scholar Reef.
Jargon Trusted, Community Centered dan Innovative pun bukan sekedar jargon, Biorock Indonesia benar-benar memiliki dan menerapkan tiga aspek tersebut dalam setiap langkahnya. Budaya organisasi dan budaya kerja di Biorock Indonesia sedikit banyak telah mempengaruhi budaya kerja saya, termasuk bagaimana cara berkomunikasi dengan efektif dan problem solving. Sebuah dampak yang sangat menguntungkan bagi saya. Semoga Biorock dapat semakin melebarkan kepakan sayap semangatnya dalam upaya rehabilitasi terumbu karang yang berbasis masyarakat, Karang Sehat Komunitas Kuat. Salam Lestari!